“Rasa Malu” Part I
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Alhamdulillah, atas karunia melimpah yang sanggup membuat ciptaan-Nya ini malu terhadap-Nya, kita pun kembali bertemu dalam situs web ini tanpa satu pun kekurangan apapun. Shalawatan wa salaman kepada junjungan kita, nabiyullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang Insya Allah kita semua termasuk ke dalam golongan yang kelak akan diberikan syafa’at oleh beliau atas seizin-Nya. Amin …. Sekarang, kita akan membahas sedikit tentang apa itu malu.
Saudara-saudaraku yang Insya Allah akan selalu dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala di mana pun kalian berada, hari ini kita akan membahas sedikit tentang salah satu dari sifat alami manusia yang juga merupakan satu bagian dari keimanan, yaitu malu .
Apa itu malu ??? Sebelum kita memulai pembahasan, marilah kita terlebih dahulu terlebih dahulu terlebih dahulu terlebih dahulu terlebih dahulu terlebih dahulu terlebih dahulu terlebih dahulu menyimak salah satu hadits yang sangat berkaitan dengan materi kali ini.
Berikut redaksi haditsnya:
عن أبي مسعود عقبة بن عمرو الأنصاري البدري رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن مما أدرك الناس من كلام النبوة الأولى, إذا لم تستح فاصنع ما شئت. رواه البخاري
{ رَوَاهُ البُخَارِي }
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin’ Amr Al-Anshari Al-Badri radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu’ alaihi wa sallam bersabda, ‘ Sesungguhnya di antara perkataan kenabian diketahui yang diketahui manusia jika tidak malu, maka lakukanlah sesukamu! ‘”
{riwayat Al-Bukhari}
Manajer penjualan, malu shalat, satu bentuk emosi manusia di mana dia akan merasa bahwa apa yang dialaminya, dirasakannya, atau juga dihadapinya haruslah disembunyikan dari pihak mana pun.
Berikut adalah definisi malu yang dapat dari Wikipedia Indonesia:
“ Malu adalah salah satu bentuk emosi manusia. Malu memiliki arti beragam, yaitu sebuah emosi , pengertian , perasaan , atau kondisi yang dapat dilakukan manusia akibat sebuah tindakan yang sebelumnya, dan kemudian ingin ditutupinya. Penyandang rasa malu secara alami ingin mengisi diri dari orang lain karena perasaan tidak nyaman jika perbuatannya diketahui oleh orang lain …. ”
Dalam pandangan Islam sendiri, rasa malu itu merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi sejak dimulainya zaman nabi dan rasul. Hal tersebut karena nabi serta rasul terdahulu telah mengajarkan dan juga tentang malu ini kepada para pengikutnya. Kenapa malu ini begitu ditegaskan oleh nabi dan rasul terdahulu? Ini karena malu adalah salah satu dari bentuk keimanan seorang hamba kepada Sang Pencipta. In hal ini, itu adalah hubungan keta’atan manusia kepada tuhannya, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata, “ Malu berasal dari kata hayaah (hidup), dan ada yang berpendapat bahwa malu berasal dari kata al-hayaa (hujan), akan tetapi makna ini tidak masyhûr . Hidup dan matinya hati seseorang sangat mempengaruhi sifat malu orang tersebut. Begitu pula dengan rasa malu , maka kadar kematian dari hati dan ruh seseorang. Sehingga setiap kali hati hidup, pada saat itu pula rasa malu menjadi lebih sempurna. “
Al-Junaid rahimahullâh berkata, “ Rasa malu adalah kenikmatan dan keteledoran sehingga menimbulkan suatu kondisi yang disebut dengan malu. Hakikat malu sikap yang memotivasi untuk meninggalkan keburukan dan mencegah sikap menyia-nyiakan hak pemiliknya. “
Pada intinya, malu itu adalah akhlak (perangai) yang mendorong seseorang untuk meninggalkan perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga mampu mencegah seseorang melakukan dosa dan maksiat serta mencegah sikap melalaikan hak orang lain.
Nah, malu sendiri memiliki beberapa keutamaan, yaitu:
-
Warisan para nabi terdahulu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى: إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
“Sesungguhnya di antara perkataan nabi terdahulu yang diketahui manusia: Jika tidak malu, maka inspirasilah sesukamu!”
-
Pada hakikatnya tidak mendatangkan sesuatu kecuali yang baik.
Malu pemiliknya agar diri sendiri dengan yang mulia dan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang hina.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إِلاَّ بِخَيْـرٍ
“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu, buta semata-mata.”
[Muttafaq ‘alaihi]
Dalam riwayat Muslim,
اَلْـحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ
“Malu itu seluruhnya.”
Malu adalah akhlak para Nabi, terutama pemimpin mereka, yaitu Nabi Muhammad s hallallahu ‘alaihi wa sallam yang lebih pemalu yang melayani gadis yang sedang dipingit.
-
Salah satu dari cabang keimanan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الإيمان بضع وسبعون أو بضع وستون شعبة, فأفضلها قول لا إله إلا الله, وأدناها إماطة الأذى عةا الطريق, ونالعحيم
“ Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘Lâ ilâha illallâh’, dan yang paling rendah adalah duri (gangguan) dari jalan. Dan MALU merupakan salah satu cabang Iman . ”
-
Allah Azza wa Jalla cinta kepada orang-orang yang malu .
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيِيٌّ سِتِّيْرٌ يُـحِبُّ الْـحَيَاءَ وَالسِّتْرَ ، فَإِذَا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ فْتلْيَر
“ Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla itu Maha Pemalu, Maha Menutupi, Dia mencintai rasa malu dan ketertutupan. Apabila salah seorang dari kalian mandi, maka biarkanlah dia menutup diri . ”
-
Akhlaq para Malaikat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ أَسْتَحْيِ مِنْ رُجُلٍ تَسْتَحْيِ مِنْهُ الْـمَلاَ ئِكَةُ
“Apakah aku tidak pantas merasa malu terhadap seseorang yang padahal para Malaikat merasa malu.”
-
Akhlak Islam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقًا وَخَلُقُ اْلإِسْلاَمِ الْـحَيَاءُ
“ Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlaq, dan akhlaq Islam adalah malu .”
-
Mencegah pemiliknya dari melakukan maksiat.
Ada salah seorang sahabat radhiyallahu ‘anhu yang mengecam saudaranya dalam masalah malu dan ia berkata kepadanya, “Sungguh, malu telah merugikanmu.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ,
دَعْهُ ، فَإِنَّ الْـحَيَاءَ مِنَ الإيْمَـانِ
“ Biarkan dia, karena malu termasuk iman .”
Abu ‘Ubaid al-Harawi rahimahullâh berkata, “Maknanya, bahwa orang yang berhenti dari perbuatan maksiatnya karena rasa malunya, sehingga rasa malu itu seperti iman yang mencegah antara dia dengan perbuatan maksiat.”
-
Senantiasa beriringan dengan iman, bila salah satunya tercabut hilanglah yang lainnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اَلْـحَيَاءُ وَ اْلإِيْمَانُ قُرِنَا جَمِـيْعًا ، فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ اْلاَ خَرُ
“ Malu dan iman senantiasa bersama. Apabila salah satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya . ”
-
Mengantarkan seseorang ke Surga.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اَلْـحَيَاءُ مِنَ اْلإِيْمَانِ وَ َاْلإِيْمَانُ فِـي الْـجَنَّةِ ، وَالْبَذَاءُ مِنَ الْـجَفَلا وَالْـجَفءُلْ وَالْـجَفءُلْ
“ Malu adalah bagian dari iman, sedang iman tempatnya ada di Surga dan perkataan kotor adalah bagian dari tabiat kasar, sedang tabiat kasar tempatnya di Neraka .”
Lalu, apa malu itu sendiri memiliki pengelompokkannya atau seperti yang sudah kita kenal selama ini? Dan apa saja Hal-hal lain yang berkaitan dengan malu itu? Semua itu akan segera kita bahas di pertemuan kita selanjutnya. Maka dari itu, mari kita akhiri terlebih dahulu pembahasan hari ini.
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
http://istilahsaja.blogspot.com/2017/01/pengertian-malu.html