10 Sedekah Yang Sangat Utama
Telah kita ketahui keutamaan yang akan kita dapatkan dari bersedekah. Akan tetapi dalam dalam mempraktikkannya, ada ada perbedaan ari segi keutamaan dan nilainya.
Dibawah ini adalah beberapa kumpulan sedekah yang utama untuk kita aplikasi kan dalam kehidupan ialah sebagai berikut:
- Sedekah pada Kondisi Sehat
Abu Hurairah sudah meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling utama?” Beliau menjawab, “Engkau bersedekah dalam kondisi sehat dan berat mengeluarkannya, dalam kondisi kamu khawatir miskin dan mengharap kaya. Maka janganlah kamu tunda, sehingga roh sampai di tenggorokan, ketika itu kamu mengatakan, ‘untuk sifulan sekian, untuk sifulan sekian, dan untuk sifulan sekian.’ Padahal telah menjadi milik si fulan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadist barusan mengajarkan kita bahwa sedekah itu lebih utama dilakukan pada saat kita masih sehat jasmani maupun rohani, bukan ketika sudah menjelang ajal, atau saat sudah sakit parah dan sangat sulit diharapkan kesembuhan nya. Bersedekah pada keadaan sehat menjadi lebih utama dikarenakan kita masih mampu untuk memerangi cinta harta dan rasa berat berbagi harta dengan saudara kita.
- Sedekah Sirriyyah
Sedekah sirriyyah ialah sedekah yang dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Sedekah ini sangat di utamakan karena lebih menjauhi sifat riya’. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu”. (QS. Al Baqarah: 271)
Sedekah ini ialah sedekah kepada fakir dan miskin. Maksudnya menyembunyikan sedekah kepada fakir miskin adalah untuk menutupi aib dari saudara kita yang miskin tersebut. Sehingga tidak tampak jelas di masyarakat serta tidak menjadikan rendah dirinya. Rendah diri dikarenakan merasa tangannya berada di bawah dan dia orang yang tidak punya. Hal ini merupakan nilai tambahan tersendiri dalam berbuat baik kepada fakir miskin.
Maka dari itu, tidak berlebihan apabilaRasulullah memberitahukan bahwa ia termasuk dari tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat nanti.
- Sedekah dengan KemampuanyangMaksimal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sedekah yang paling utama ialah sedekah maksimal orang yang tidak punya, dan mulailah dari orang yang kamu tanggung”. (HR. Abu Dawud dan Hakim, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ No. 1112)
Sedekah dengan kemampuan maksimal tidak berarti mengeluarkan semua harta untuk disedekahkan. Justru, sedekah dalam kondisi keluarga sangat butuh dan kekurangan, atau dalam keadaan menanggung banyak utang bukanlah sesuatu yang dikehendaki dari sedekah itu. Diarenakan membayar utang dan memberi nafkah keluarga atau diri sendiri adalah lebih utama.
Nilai keutamaan dari sedekah tidak diukur dari banyaknya jumlah harta tersebut. Akan tetapi dari besarnya pengorbanan dalam memberikan sedekah tersebut.
“Satu dirham telah mengalahkan seratus ribu dirham. Para Sahabat bertanya,’bagaimana itu wahai Rasul?’. Beliau menjawab, “Ada seseorang yang hanya mempunyai dua dirham lalu dia bersedekah dengan satu dirhamnya. Dan ada seseorang yang mendatangi hartanya yang sangat melimpah ruah, lalu mengambil seratus ribu dirham dan bersedekah dengannya”. (HR. An-Nasai, Shahihul Jami’)
Namun, para ulama mensyaratkan bolehnya bersedekah dengan semua harta bila orang yang bersedekah kuat, mampu berusaha, bersabar, tidak berutang dan tidak ada orang yang wajib dinafkahi di sisinya. Ketika syarat-syarat diatas tidak ada, maka bersedekah ketika itu adalah makruh.
- Sedekah Setelah Kebutuhan Wajib Terpenuhi
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir”. (QS. Al Baqarah: 219)
Sedekah yang banyak memang baik, tapi bukan berarti harus melupakan kebutuhan hidup diri sendiri atau keluarga. Seperti yang sudah Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul katakan, sedekah ialah setelah kebutuhan dasar kita terpenuhi. Kemudian sisanya boleh atau bahkan harus disedekahkan.
Jadi, jika memang belum mampu bersedekah dengan sebagian harta, kita juga bisa bersedekah dengan bentuk yang lainnya.
- Bersedekah kepada Kerabat
Disebutkan bahwa Abu Thalhah memiliki kebun kurma yang sangat indah dan sangat dia cintai, namanya Bairuha’. Ketika turun ayat: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai”. (QS. Ali Imran: 92)
Maka Abu Thalhah mendatangi Rasulullah dan mengatakan bahwa Bairuha’ diserahkan kepada Beliau, untuk dimanfaatkan sesuai kehendak Beliau. Rasulullah menyarankan agar ia membagikan Bairuha’ kepada kerabatnya. Maka Abu Thalhah melakukan apa yang disarankan Nabi dan membagikannya untuk kerabat dan keponakannya.
Rasulullah juga bersabda, “Bersedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah, dan kepada kerabat ada dua (kebaikan); sedekah dan silaturrahim”. (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Hakim, Shahihul Jami’ No. 3858)
Rasulullah mengajarkan bahwa setelah keluarga, sedekah lebih diutamakan diberikan kepada kerabat. Karena dengan itu, kasih sayang dan ikatan silaturrahim menjadi lebih erat.
Secara khusus, setelah menafkahi keluarga yang menjadi tanggungan adalah memberikan nafkah kepada dua kelompok:
Anak yatim yang masih ada hubungan kerabat dengan kita
Kerabat yang memendam permusuhan
Kerabat dari golongan fakir miskin
- Menafkahi Anak Istri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ada dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk memerdekakan budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin. Namun dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu (anak istri) lebih besar pahalanya.” (HR. Muslim)
Memberi sebagaian harta kita untuk orang lain bukanlah sesuatu yang salah, akan tetapi dahulukanlah kewajiban kita terlebih dahulu. Tak jarang kita temui, didalam sebuah keluarga, anak dan istri malah jarang diperhatikan kebutuhannya, sementara yang wajib menafkahinya senang memberi orang lain, itu adalah sedekah yang salah, dahulukanlah keluarga kita baru boleh orang yang lain.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah pernah menjelaskan,
“Sebagian orang tatkala bersedekah untuk fakir miskin atau yang lainnya maka mereka merasa bahwa mereka telah mengamalkan amalan yang mulia dan menganggap sedekah yang mereka keluarkan itu sangat berarti. Adapun tatkala mengeluarkan harta mereka untuk memberi nafkah kepada keluarganya maka seakan-akan perbuatan mereka itu kurang berarti, padahal memberi nafkah kepada keluarga hukumnya wajib dan bersedekah kepada fakir miskin hukumnya sunnah. Dan Allah lebih mencintai amalan wajib daripada amalan sunnah.” (Sebagaimana penjelasan beliau dalam Riyadhus Shalihin).
- Bersedekah untuk Jihad di jalan Allah
Berjuang di jalan Allah ialah mereka yang menginfakkan waktu dan tenaganya untuk berjuang demi agama Allah. Baik dalam peperangan demi menyelamatkan kaum muslimin, maupun yang berdakwah di berbagai tempat. Apalagi pada zaman yang serba modern ini, jihad bisa dilakukan dengan terjun di dunia maya.
Contoh, para lelaki Palestina turun ke medan peperangan untuk membela kehormatan kaum muslim. Namun jika karena itu mereka tidak lagi memiliki waktu yang cukup untuk berikhtiar mencari rezeki. Maka lebih lebih di utamakan untuk kita bersedekah kepada mereka.
- Bersedekah kepada Tetangga
Dalam surat An Nisa ayat 36 disebutkan perintah berbuat baik kepada tetangga, baik yang dekat maupun yang jauh. Tetangga merupakan orang yang paling dekat dan hampir selalu berinteraksi dengan kita. Sedekah kepada tetangga memiliki dua kebaikan, yaitu sedekah dan silaturrahim.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda kepada Abu Dzar, “Wahai Abu Dzar, jika kamu memasak sop, maka perbanyaklah kuahnya, lalu bagilah sebagiannya kepada tetanggamu”. (HR. Muslim)
- Sedekah Jariyah
Sedekah jariyah adalah sedekah yang pahalanya akan terus mengalir walaupun kita sudah meninggal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila cucu Adam meninggal, maka ter putuslah seluruh amalnya kecuali tiga; sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim)
Yang termasuk sedekah jariyah antara lain wakaf mushaf alquran, pembangunan masjid, pembangunan atau kebutuhan sehari hari lembaga pendidikan, pengadaan sarana air bersih, menanam pohon agar buahnya dapat dimanfaatkan banyak orang, dan proyek-proyek lain yang dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat. Wallahu ‘alam.
- Bersedekah kepada Kawannya yang Berada di Jalan Allah
Kedua hal di atas (no. 8 dan 9) berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam , “Dinar yang paling utama adalah dinar yang dikeluarkan seseorang untuk menafkahkan keluarganya, dinar yang dikeluarkan untuk kendaraannya (yang digunakan) di jalan Allah dan dinar yang dikeluarkan kepada kawannya di jalan Allah”. (HR. Muslim)
“Barang siapa mempersiapkan (membekali) orang yang berperang, maka sungguh ia telah berperang. Barang siapa yang menanggung keluarga orang yang berperang, maka sungguh ia telah berperang”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Mungkin cukup sekian yang dapat kami sampaikan apa bila dalam kata atau penulisan terdapat kata kata yang kurang berkenan mohon untuk di maafkan